
KETIKA pecah perang Badar, Abbas masih tinggal di Makkah, dan sesungguhnya ia menolak untuk ikut terlibat dalam pasukan kafir Quraisy, tetapi Abu Jahal memaksanya sehingga ia tidak bisa menghindar. Di Madinah, NabiSAW berpesan kepada para sahabat untuk tidak membunuh Abbas dan Abul Bakhtari bin Hisyam, karena dua orang itu mengikuti pasukan tersebut dalam tekanan dan keterpaksaan. Selama Nabi SAW di Makkah dahulu, mereka berdua tidak pernah ikut menyakiti dan menyiksa beliau dan umat Islam lainnya, sebagaimana tokoh-tokoh Quraisy lainnya. Bahkan mereka ini banyak sekali melakukan pembelaan kepada Nabi SAW dan Islam, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Mengenai Abbas, bisa jadi Nabi SAW melarang membunuhnya karena beliau mengetahui bahwa sebenarnya ia telah memeluk Islam tetapi menyembunyikan keislamannya. Tetapi tentang keislamannya ini, sebagian riwayat lagi menyebutkan, ketika Nabi SAW dalam perjalanan ke perang Khaibar, Abbas menyusul rombongan pasukan dengan membawa harta kekayaannya untuk memeluk Islam dan terlibat dalam pertempuran tersebut. Tetapi yang riwayat yang pasti, Abbas terlibat langsung dalam perang Hunain, yakni setelah Fathul Makkah. Saat posisi pasukan muslim terdesak dan kocar-kacir, ia ikut memegang kendali keledai (baghal) Nabi SAW bersama Abu Sufyan bin Harits.
Pada Perang Hunain inilah pertama kalinya kaum Quraisy bersatu, baik yang sudah muslim atau masih musyrik, bersama kaum muslimin lainnya dari berbagai kabilah, bertempur menghadapi persekutuan beberapa suku Arab yang tidak sudi mengakui eksistensi Islam. Sebenarnya pasukan sekutu yang dimotori suku Hawazin dan suku Thaif itu jumlahnya lebih kecil, tetapi mereka sempat memporak-porandakan pasukan muslimin yang jumlahnya lebih besar. Memang, dengan jumlah yang lebih besar dan persenjataan cukup lengkap, mereka merasa angkuh dan membanggakan diri akan ‘menggilas habis’ musuhnya, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya.
Dalam keadaan terdesak dan kritis tersebut, Nabi SAW memerintahkan Abbas, yang memang mempunyai suara keras dan lantang membahana, memanggil para sahabat. Abbas mengulang ucapan Nabi SAW,“Manakah orang-orang yang berikrar di bawah pohon?”
Yang dimaksud Nabi SAW adalah para sahabat yang termasuk dalam Bai’atul Ridwan, yakni ikrar kesetiaan kepada Nabi SAW di bawah pohon di Hudaibiyah, ketika beliau mendengar kabar kalau Utsman bin Affan yang menjadi utusan beliau kepada kaum Quraisy telah dibunuh. Kebanyakan para sahabat itu memang dari kalangan Muhajirin dan Anshar awal (as sabiqunal awwalun), yang keimanan dan semangat jihad mereka tidak diragukan lagi.
Mendengar seruan Abbas itu, mereka yang dimaksud menerobos kepungan, dan sedikit demi sedikit berkumpul di sekitar Nabi SAW. Sekali lagi Nabi SAW memerintahkan Abbas menyeru,“Wahai sekalian orang Anshar!!”
Suara lantang Abbas itu didengar para sahabat Anshar yang terpecah-pecah pada berbagai titik pertempuran, dan makin banyak saja kaum muslimin yang berkumpul di sekitar beliau, khususnya dari kalangan Anshar. Setelah itu Nabi SAW turun dari baghal beliau dan mengambil segenggam pasir, kemudian melontarkan ke arah musuh sambil bersabda,“Dari sinilah peperangan akan berkobar kembali!”
BERSAMBUNG
posted from Bloggeroid
Tag :
Kisah Muslim
0 Komentar untuk "Jawablah Tanpa Menimbulkan Pertengkaran (2)"