
Assalamualaikum wr wb
Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban mengeluarkan dalam kitab shahih mereka sebuah hadits dari Ibnu Umar -radhiyallahu anhuma- dari Rasululloh bersabda,” Sesungguhnya Alloh Ta’ala senantiasa menerima taubat hamba-Nya selama nyawa si hamba itu belum sampai di tenggorokannya” ( Hasan Lighairihi ) . Imam Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini hasan.
Hadits diatas menunjukkan bahwa taubat seorang hamba akan senantiasa diterima oleh Alloh, bahkan dalam hadits shahih lainnya dikabarkan bahwa Alloh lebih gembira dengan taubat salah seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan seorang musafir yang kehilangan onta dan seluruh perbekalannya. manakala ia telah lelah mencarinya , ia pun tidur dan seusai ia tidur, ia mendapati onta dan perbekalannya berada dihadapannya tak kurang suatu apapun, dan mengatakan,” Ya Alloh, Engkau adalah hamba ku dan Aku adalah Tuhanmu” ia salah lantaran kegembiraannya.
Tiap pribadi yang bermaksiat pada Alloh pada hakikatnya ia itu bodoh, dan tiap pribadi yang menaati Alloh pada hakikatnya ia seorang yang alim. Mengapa demikian?
Pertama : Barang siapa yang mengetahui Alloh, keagungan-Nya, kesombongan-Nya, dan kemuliaan-Nya maka ia akan takut pada-Nya dan tak akan berbuat maksiat pada-Nya.
Sebagian manusia berkata,“Seandainya manusia itu memikirkan keagungan Alloh, niscaya mereka tak akan berbuat maksiat pada-Nya” . Berkata pula yang lain,“Cukuplah yang dianggap berilmu siapa yang takut pada Alloh dan cukuplah dianggap sebagai suatu kebodohan siapa yang meremehkan kebesaran-Nya”
Kedua : Siapa yang mengutamakan kemaksiatan atas ketaatan, maka yang menjadi pendorongnya ialah sifat bodoh yang melekat pada dirinya. Padahal suatu saat kematian akan menghampirinya secara tiba-tiba , maka ia seperti orang lapar yang memakan makanan yang teracuni demi menghilangkan rasa laparnya dan berharap bisa bebas dari akibatnya dengan meminum racun. Dan tak ada yang melakukan hal ini melainkan orang yang teramat sangat bodoh.
Alloh subhanahu wata’ala memerintahkan pada orang-orang mu’min agar senantiasa bertaubat padanya dengan segera; yakni bertaubat sebelum datang sakaratul maut dan matahari terbit dari arah barat. Jumhur ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan bertaubat dengan segera ialah bertaubat sebelum wafatnya, umur itu hanya sebentar, dunia pun hanya sekejap , maka siapa yang bertaubat sebelum wafatnya, maka ia masuk kedalam golongan orang yang akan diterima taubatnya oleh Alloh Ta’ala.
Ibnu Abbas menafsirkan makna firman Alloh, “…Kemudian mereka bertaubat dengan segera…” ( An-Nisaa : 17 ) dengan perkataannya bahwa taubat itu memiliki waktu yang afdhol dan utama yaitu dengan bersegera bertaubat pada masa sehatnya sebelum ia ditimpa oleh penyakit hingga akan dimasukkan sebagai bagian daripada amal shalihnya. Dan taubat pada masa sehat serta berharap panjang umurnya diumpamakan seperti orang yang sedekah dengan hartanya pada saat ia kaya raya dan sangat takut akan kemiskinan. Adapun bertaubat pada waktu sakit dan telah nampak tanda-tanda kematian padanya serta telah disingkapnya pembatas ; hingga ia dapat melihat rupa malaikat maut; maka taubat pada saat itu tidaklah lagi berguna baginya.
Yahya bin Mu’adz berkata,” Dunia itu adalah khamrnya setan, siapa yang mabuk dengannya maka ia tak akan sadar kecuali bila sudah akan berada dalam perkemahan orang – orang yang telah mati dan ia akan menyesal bersamaan dengan penyesalan orang-orang yang merugi”
Abu Sa’id membawakan hadits Rasululloh yang berbunyi, ” Sesungguhnya setan berkata pada Alloh,” Demi kemuliaan diri-Mu Ya Alloh, saya akan senantiasa menyesatkan hamba-hamba-Mu selama ruh-ruh mereka berada dalam jasad-jasad mereka” Alloh menjawab,” Demi kemuliaan diri-Ku , Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun pada-Ku”
Lukman al-Hakim berkata pada anaknya,” Wahai anakku, Janganlah engkau akhirkan permohonan ampunmu kepada Alloh, karena kematian itu datang secara tiba-tiba”
Tag :
Motivasi Muslim
0 Komentar untuk "Taubat Nasuha, Sudahkah Kita Melakukannya Dan Mengakhiri Umur Kita Dengannya "