
KEPEMIMPINAN bukanlah suatu perkara yang ringan sebagaimana anggapan sementara sebahagian orang. Bahkan kepemimpinan merupakan suatu tanggungjawab besar yang hanya bisa dibawa oleh orang-orang tangguh yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebelum datangnya hari di mana ia ditunjuk sebagai pemimpin umat. Tampuk kepemimpinan juga tidak bisa diberikan pada sembarang orang dan tidak pula bisa diwariskan turun temurun kecuali jika keriteria yang menerima sudah dipandang cukup dan matang. Pada umumnya, orang yang diberi kursi kepemimpinan sebuah negeri tidak lain merupakan orang yang paling hebat dan mulia di zamannya sehingga secara umum tidak ada yang lebih berhak menerima tanggungjawab besar ini kecuali dirinya. Demikian ini merupakan corak kepemimpinanKhulafa’ Rasyidin. Namun nampaknya hal semacam ini jarang terjadi di masa sekarang.
‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu merupakan salah satu dari empat khulafa’ rasyidin tersebut. Berbagai sifat terpuji membuat semua orang tidak ragu memberikannya tampuk kepemimpinan setelah sepeninggalan khalifah kedua, ‘Umar bin Al-Khattab radhiallahu’anhu.
‘Utsman merupakan satu dari sekian banyak lulusan terbaik dari madrasah MuhammadShallallahu’alaihi Wasallam. Darinya lah kepribadian ‘Utsman yang tangguh itu terbentuk. Berbagai keilmuan beliau serap dari sang nabi terakhir itu. Sebuah berkah dari kebersamaannya bersama Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, baik ketika masih di Madinah maupun ketika sudah berhijrah ke Makkah.
Satu contoh kongkrit bagaimana ‘Utsman menerima pengajaran dari madrasah kenabian itu ialah kealimannya tentang Al-Quran. Darinya, beliau meriwayatkan sebuah hadits masyhur yang selalu dijadikan sebagai syiar ahli Quran,“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”.
Sibuknya memimpin umat negara yang sudah hampir memasuki Eropa tidak kemudian membuat ‘Utsman melalaikan akan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah ‘Azza wa Jalla. Justru dalam kepemimpinannya ini beliau lebih memperbanyak beribadah kepada Allah dan bermunajat pada-Nya. Ia begitu sadar bahwa amanat serta tanggungjawab yang diembannya bukanlah perkara ringan. Oleh sebab itu hubungan antara dirinya dengan Rabb-nya kiranya dapat lebih dipererat lagi agar dalam menjalankan tugas mendapat petunjuk dari-Nya.
Gambaran banyaknya ibadah yang menjadi rutinitas Utsman salah satunya sudah kita sebutkan di atas. Ya. Beliau Biasa mengkhatamkan Al-Quran dalam satu rekaat shalat di sisi Hajar Aswad.
Oleh karena itu ketika menafsirkan ayat kesembilan dari surat Az-Zumar yang berbunyi:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” (QS. Az-Zummar: 9).
‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu’anhu mengatakan,“Dia adalah ‘Utsman bin ‘Affan.”
Sementara itu ketika menafsirkan ayat:
هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ ۙ وَهُوَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?” (An-Nahl: 76).
Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu menyatakan,“Dia adalah ‘Utsman”.
Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu juga terkenal biasa melakukan puasa sepanjang masa dan pada malam harinya mengerjakan shalat sepanjang malam kecuali di awal malam yang digunakannya untuk memejamkan mata sejenak. Demikian seperti yang ‘terekam’ dalamShifah Ash-Shafwah I/302.
Selain itu Utsman juga dikenal sebagai sosok yang berkepribadian dermawan dan tawadhu’ meski sebagai orang nomor satu di zamannya. Mubarak bin Fadhalah meriwayatkan dari Al-Hasan, ujarnya,“Aku pernah melihat Utsman tidur di Masjid sedangkan selendangnya (kain yang biasa dikenakan untuk menutupi bagian atas badan) berada di bawah kepalanya. Orang-orang pun mulai berdatangan duduk di sisinya sehingga seakan-akan beliau bagian dari mereka.”
Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.
Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.
Az-Zuhri mengatakan,“Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”
posted from Bloggeroid
Tag :
Kisah Muslim
0 Komentar untuk "Mengenal Kepemimpinan Utsman Bin Affan "