Sia - Sia Membalas Mereka Yang Menyakitkan Hati Dengan Kebaikan



Assalamualaikum wr wb
perkara yang menyakitkan hati selalu datang apabila kita coba berbuat baik.

Bunuh mereka dengan kebaikan.

Mungkin dalam kehidupan keseharian kita, kita selalu berurusan dengan orang yang sentiasa menyakitkan hati dan suka melihat kita susah.

Walaupun kita telah coba berdaya-upaya untuk melayani mereka dengan baik, tetapi mereka membalas pula dengan cara sebaliknya, yang boleh dianggap sebagai kurang ajar dan tidak beradab.

Dalam percakapan dan semua cara komunikasi kita dengan mereka, kita telah secara nyata serta jelas, coba untuk menyelesaikan sesuatu masalah secara baik dan secara aman.

Tetap keadaan sebaliknya, reaksi yang diterima semakin tidak baik dan tidak munasabah.

Kebaikan yang disodorkan tidak berkesan. Jika ada yang terbunuh, orang itu adalah kita.

Pernahkah anda mengalami situasi seperti ini?

Kebaikan yang tidak dihargai malah dibalas dengan menyakitkan hati

Saya faham, bukan senang bagi kita untuk menerima keadaan seperti ini. Seolah-olah kebaikan yang kita sodorkan tidak dihargai dan tiada nilainya. Malah dipermain-mainkan dengan tujuan untuk menjatuhkan martabat kita.

Pernahkah kita terpaksa berpura-pura untuk kelihatan baik pada luaran terhadap seseorang, tapi dalam masa yang sama kita mencaci sumpah serapah terhadapnya?

Walaupun kita tersenyum, membuat gerak badan yang di buat3 dengan penuh sopan, tapi dalam masa yang sama dalam hati kita sebenarnya “ membunuh” mereka dengan kemarahan dan bersangka buruk apabila terasa sakit hati.

Kita tidak sedar sebenarnya kita yang egois!

Sebenarnya itu kita tidak cukup baik lagi, belum cukup ikhlas.

Kita ego.

Tetapi mengapa pula kita yang ego, sedangkan merekalah yang jelas-jelas lebih ego dari kita?

Mari saya terangkan..

Sebenarnya kita ego sebab yang kita maukan sesuatu. Kita maukan sesuatu situasi itu diselesaikan mengikut cara kita.

Selalu kita merasakan orang lain salah dan kita adalah betul. Kita merasakan apabila kita sudah memberi dengan kebaikan, kita juga harus dibalas dan dilayani dengan kebaikan.

Sebenarnya kita salah.

sedih bila hidup dikalangan orang menyakitkan hati
Kita tidak sedar bahwa secara umumnya manusia tidak pandai berterima kasih.

Lihatlah, kalau kepada Allah yang Maha Memberi pun manusia tidak pandai bersyukur dan berterima kasih, apalagi kepada kita sesama makhluk yang terbatas.

Oleh karna itu sebarkanlah kebaikan kita yang seikhlasnya, tanpa perlu kita terpaksa berpura-pura baik dengan orang yang kita tidak suka.

Memang bukan tugas kita untuk menjaga hati setiap orang, tetapi kita sendiri harus sentiasa berbuat baik dengan sesiapapun, seikhlas hati.

Percayalah, bermula daripada ini, kita akan merasakan lebih banyak kebaikan yang akan datang kepada kita apabila kita menetapkan niat untuk menyebarkan kebaikan kita secara ikhlas.

Metafora atau analoginya begini:

Katakanlah kita sedang memandu di satu jalan yang mempunyai dua atau tiga jalan . Penuh sesak. Tiba-tiba sebuah kendaraan yang salah jalan di sebelah memberi isyarat untuk masuk ke jalan kita.

Kerana simpati melihat dia bersusah payah memberi isyarat, kita pun beralih, lalu memberi jalan untuk kendaraan itu lewat di hadapan kita.

Kemudian kita terus memandu kedepan. Mungkin sejam kemudian atau setelah berpuluh-puluh kilometer, tiba-tiba kita pula yang salah jalan .

Kita pula yang memberi lampu isyarat untuk masuk ke jalan sebelah.

Persoalanya logikkah kalau kita mengharapkan kendaraan yang kita bantu sebelumnya memberi jala untuk kita?

Tidak. Kendaraan yang kita bantu tadi entah ke mana perginya.

Tapi ada tidak kendaraan lain yang simpati dan memberi jalan untuk kita?

Pasti ada! Insya-Allah.

Ya, begitulah. Padahal kendaraan itu tidak pernah sekali pun kita tolong. Tetapi Allahlah yang menggerakkan hati pemandunya untuk memberi jalan kepada kita.

Orang yang kita beri kebaikan, tidak ada di situ untuk membalas kebaikan kita. Tetapi Allah menggerakkan hati orang lain, yang tidak pernah merasa kebaikan kita untuk membalas kebaikan kita tadi

Walaupun mungkin ia tidak datang daripada orang yang ego kita maukan, tetapi pasti banyak lagi kebaikan daripada orang atau perkara lain, yang akan dihantarkan oleh Allah kepada kita.

Mungkin dari segi jodoh yang baik – isteri yang taat dan suami yang setia, anak yang baik pintar dan soleh, kelebihan dari segi harta, dan kebaikan-kebaikan lain yang melapangkan serta membahagiakan hati kita.

Inilah kekayaan yang lebih utama bagi seorang manusia daripada perkara lain seperti pangkat dan jabatan.

Jadi, ingin menjadi orang yang baik serta ikhlas perlu rela terus ditindas?

Tidak. Kita bukan mau ditindas, tetapi memilih jalan untuk bersabar.

Tapi bak kata Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Hamid, ‘Teori memang mudah , prakteknya?, kita sendiri yang sedang hadapi situasi itu yang tau’

Sabar itu indah. Beautiful.

No suffer afflicts us beyond our capability.

Allah maha melihat, oleh karena itu anggap saja setiap perkara yang kita buat untuk menjaga hubungan sesama manusia itu sebagai satu ibadah untuk mencapai keridhaan Allah.

Yakinlah, what you give, you get back. Itu hukum sunatullah dalam hubungan sesama manusia. Kebaikan yang kita buat akan kembali kepada kita. Yakinlah.

perasaan menyakitkan hati memang membosankan
Coba hayati kembali bagaimana tindakan Rasulullah apabila disakiti penduduk Thaif.

Cuma buat masa sekarang ini, kita hanya perlu bersabar, dan melatih hati kita untuk bagaimana untuk benar-benar ikhlas.

Ikhlas dan sabar itu adalah kunci kekuatan hati. Memang bukan senang untuk melakukannya, tetapi kita mampu melakukannya.

Kerna mereka yang mempunyai kekuatan hatilah sentiasa dapat menundukkan rasa ego yang datang dalam diri.

Hanya apabila kita yakin dengan balasan-balasan yang Allah janjikan, insyaaAllah kita kita akan bahagia dunia akhirat.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka…” Surah Ali-Imran ayat 159

InsyaaAllah, satu hari keikhlasan kita menyebarkan kebaikan akan diperlihatkan juga oleh Allah, cuma kita jangan mengharap terima kasih daripada manusia atas kebaikan yang kita buat kepadanya.

Kelapangan hati, ketenangan jiwa, kesegaran roh, akan hadir kepada kita insyaAllah. Pasti.

Penutup: Jadikan Ini sebagai Ladang Peningkatan Diri Kita

Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita.

Jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai kesempatan untuk menyucikan jiwa, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.

Belajarlah melupakan setiap kesalahan orang terhadap kita. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan.

Kerana semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, maka akan sering kita sakit hati.

Walaupun kebaikan dan kasih sayang tidak selalu dibalas dengan kebaikan dan kasih sayang,

Jangan pernah bosan berbuat kebaikan dan menabur kasih sesama insan,

Kerana satu saat nanti kita akan merasakan kepuasan dalam hidup kita.
0 Komentar untuk "Sia - Sia Membalas Mereka Yang Menyakitkan Hati Dengan Kebaikan "

Back To Top